Rabu, 19 Januari 2011

Komsumsi Makanan Sumber Iodium dan Zat Gitrogen di Daerah Pesisir Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2009


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Persoalan gizi merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Diposisikannya masalah gizi sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, lebih disebabkan karena perannya yang signifikan terhadap perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kekurangan zat-zat gizi akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan dan perkembangan sosial dalam masyarakat. Empat masalah gizi utama di Indonesia saat ini adalah Kekurangan Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA), dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).
Secara khusus, salah satu dari empat persoalan gizi utama saat ini, yakni kasus GAKI berdampak pada kasus defisit Intelligence Quotient (IQ). Kekurangan Iodium masih menjadi masalah besar di beberapa negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang. Dilaporkan sekitar 38% dari jumlah penduduk dunia terkena resiko gangguan akibat kekurangan Iodium. Gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi masyarakat di Indonesia. Diperkirakan 140 juta IQ point hilang akibat kekurangan Iodium, karena sekitar 42 juta orang hidup di daerah endemik, 10 juta di antaranya menderita gondok, 3,5 juta menderita GAKI lain, dan terdapat 9000 bayi kretin. Kekurangan Iodium dapat menyebabkan gondok, terjadinya kretinisme, menurunnya kecerdasan, gangguan pada otak, bisu-tuli, serta pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran dan kematian pada bayi (Badan POMRI,2006).
Menurut laporan WHA (World Health Assembly, 2004), sekitar 1800 juta orang di dunia beresiko mengalami defesiensi karena keliru bermukim di kawasan yang miskin Iodium. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mengestimasikan bahwa dari 191 negara anggotanya, 130 negara menghadapi permasalah GAKI yang signifikan dengan jumlah total penduduk terkena penyakit gondok sebanyak 740 juta jiwa atau 13% dari total populasi penduduk dunia (Michael J. Gibney, 2008). Dari jumlah tersebut, sekitar 656 juta orang telah menampakkan tanda-tanda kekurangan Iodium 43 juta menderita rusak mental dan 11,2 juta orang tampak jelas sebagai kretin. Di Asia Tenggara, kira-kira 600 juta orang membangun keluarga di wilayah yang miskin Iodium dan mengakibatkan lebih kurang 700 juta orang menderita gondok (WHO regional Office for South-East Asia, 2002 dalam Arisman, 2004).
Untuk mengetahui masalah kurang Iodium, pemantauan besaran masalah dilakukan berdasarkan survei nasional. Pada tahun 2000, prevalensi (GAKI) pada anak usia sekolah adalah 27,7%, prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada Tahun 2001. Walaupun terjadi perubahan yang berarti, GAKI masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5%. Prevalensi tersebut bervariasi antar kecamatan dan masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKI di atas 30% (daerah endemik berat). Dilaporkan dalam hasil survai pemetaan gondok 2003 yang telah dipublikasikan WHO Tahun 2005, bahwa 18,8% penduduk hidup di daerah endemik ringan, 4,2% penduduk hidup di daerah endemik sedang, dan 4,5% penduduk hidup di daerah endemik berat. Diperkirakan pula sekitar 18,2 juta penduduk hidup di wilayah endemik sedang dan berat dan 39,2 juta penduduk hidup di wilayah endemik ringan. Menurut jumlah Kabupaten di Indonesia, maka diklasifikasikan 40,2% Kabupaten termasuk endemik ringan, 13,5% Kabupaten endemik sedang, dan 5,1% Kabupaten endemik berat. Tahun 2005 dilakukan lagi survei nasional, untuk mengetahui dampak dari intervensi program penanggulangan GAKI. Dari hasil survei ini diketahui secara umum bahwa TGR pada anak sekolah masih berkisar 11,1%. Survei Nasional evaluasi IP GAKI ini menunjukkan bahwa 35,8% Kabupaten adalah endemik ringan, 13,1% Kabupaten endemik sedang, dan 8,2% Kabupaten endemik berat (RAN KPP GAKI, 2007).
Anak-anak di daerah pantai, yang sebagian besar berada dekat dengan sumber Iodium (Iodine), diindikasikan mulai mengalami kekurangan zat gizi mikro itu dan menderita Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Kepala Subdit Bina Kewaspadaan Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Tatang S. Falah, mengatakan sekitar 30% anak yang tinggal di daerah pantai di wilayah Maluku dan Maluku Utara mengalami gangguan akibat kekurangan Iodium (kapan lagi.com, 2006) diakses 15 Juli 2009.
Begitupun dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kanwil Sulawesi Tengah bekerja sama dengan Puslitbang Gizi Bogor menunjukkan bahwa selain asupan konsumsi Iodium yang kurang faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya GAKI di daerah pantai adalah rendahnya kandungan Iodium pada air minum (0.89–1.47 ppm). Adanya faktor-faktor konsumsi umbi-umbian yang mengandung goitrogen, cara pengolahan ikan yang dapat menurunkan kadar Iodium serta penggunaan garam yang tidak berIodium atau kurang memenuhi syarat berperan memperberat keadaan (Imam Subekti,2002).
Dalam profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004, disebutkan bahwa sesuai dengan pemetaan gondok Tahun 2003, terdapat 37 kecamatan pada 11 Dati II yang endemis GAKI. Jumlah penduduk yang terancam menurut sasaran rentan (Bayi, Anak umur 1-6 Tahun, laki-laki umur 6-20 Tahun, wanita 6-35 Tahun dan ibu hamil) sebanyak 964.806 jiwa. Jumlah seluruh defisit mental akibat GAKI sebesar 9.924.940 IQ points yang berdampak banyaknya anak drop-out dari pendidikan wajib belajar 9 Tahun. Upaya penanggulangan telah dilakukan dengan distribusi kapsul minyak berIodium kepada golongan sasaran (314.000 penduduk) dan telah didistribusikan kepada 264.636 penduduk sasaran (85%). Hasil pemetaan gondok Tahun 2003, terdapat 25 kecamatan dan 11 Dati II yang endemis GAKI. Jumlah penduduk yang terancam menurut sasaran rentan (Ibu hamil, Ibu nifas, dan Wanita Usia Subur (WUS), sebanyak 194.999 jiwa dan telah diberikan kapsul Iodium sebanyak 5.119 kapsul (Dinkes, Prov. Sul-Sel dalam Ainurrafiq, 2005).
Sementara itu, hasil Survei pemetaan GAKI regional Sulawesi Selatan, Tahun 2002-2003 oleh Pusat Studi Gizi dan Pangan Universitas Hasanuddin tercatat 96 Kecamatan pada 15 daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan mengalami endemis GAKI. Dari 96 Kecamatan tersebut, terdapat 71 Kecamatan termasuk kategori endemis ringan, 11 Kecamatan termasuk kategori endemis sedang dan 14 Kecamatan termasuk kategori endemis berat. Pada tahun yang sama angka gondok yang diidentifikasi pada anak Sekolah Dasar di Sulawesi Selatan adalah sebesar 5593 orang dengan Total Goitre Rate (TGR) 10,19 % dan Visible Goitre Rate (VGR), 0,23 % (Studi Gizi dan Pangan UNHAS, 2005).
Berdasarkan hasil pemantauan garam berIodium pada tingkat rumah tangga Kabupaten Pinrang disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Penggunaan Garam BerIodium Tingkat
Rumah Tangga Berdasarkan Kategori Desa
Kabupaten Pinrang Empat Tahun Terakhir

No
Kategori Desa
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
1.
2.
Baik
Tidak Baik
60 (57,7)
44 (42,3)
31 (65,9)
16 (34,0)
55 (78,5)
15 (21,4)
65 (62,5)
39 (37,5)
            Sumber : Dinkes Kab.Pinrang, 2009

Hasil pemantauan penggunaan garam berIodium pada tingkat rumah tangga telah menggambarkan persentase rumah tangga  yang mempunyai garam cukup Iodium (> 30 ppm KIO3). Dan hasilnya mengalami penurunan yaitu 78,57% di Tahun 2007 menjadi 62,5% pada Tahun 2008 untuk kategori desa baik, sedangkan terjadi peningkatan yaitu pada 21,43% pada Tahun 2007 menjadi 37,5% pada Tahun 2008 untuk kategori Desa tidak baik, walupun sebelumnya Tahun 2005 ke Tahun 2006 mengalami peningkatan yaitu 57,69 menjadi 65,96% untuk desa baik namun pencapaian  ini  masih  jauh  dari  target nasional 2010 maupun target WHO Universal Salt Iodization (USI) yaitu minimal 90% rumah-tangga menggunakan garam cukup Iodium.
Selain data diatas, data pemantauan penggunaan garam berIodium ditingkat kecamatan juga menggambarkan adanya beberapa kecamatan yang masuk dalam kategori desa tidak sehat seperti yang digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 2
Distribusi Penggunaan Garam BerIodium Tingkat
Rumah Tangga Berdasarkan Kategori Desa
Kabupaten Pinrang Tahun 2009
No
Puskesmas
Kategori Desa
Baik
Tidak Baik
1
Suppa
-
10
2
Mat. Bulu
9
-
3
Mat. Deceng
5
-
4
Salo
8
-
5
Lanrisang
8
-
6
Mattombong
2
-
7
Cempa
3
-
8
Teppo
9
-
9
Lampa
5
-
10
Bungi
7
-
11
Tuppu
8
-
12
Batu Lappa
-
5
13
Sulili
-
6
14
Tadang Palie
1
3
Jumlah
65
24
Sumber : Dinkes Kab.Pinrang
Dipilihnya Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang sebagai wilayah penelitian karena merupakan salah satu daerah yang menurut  hasil pemantauan konsumsi garam berIodium tingkat rumah tangga berdasarkan kategori desa dari 10 desa yang dipantau semuanya masuk dalam kategori Desa tidak baik berdasarkan persentase pencapaian target Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang (Laporan Dinkes Kab.Pinrang, 2009).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lero karena Desa ini masuk dalam kategori Desa tidak sehat berdasarkan persentase untuk kategori Desa tingkat Puskesmas seperti pada tabel berikut :
Tabel 3
Distribusi Penggunaan Garam Beriodium
Tingkat Rumah Tangga Berdasarkan
Kategori Desa di Kecamatan Suppa
Kabupaten Pinrang Tahun 2009
No
Puskesmas
Kategori Desa
Hasil Uji (%)
Baik
Tidak Baik
Cukup
Kurang
Tidak ada
1
Watang Suppa




2
Watang Pulu 




3
Tellumpanua




4
Maritengngae

64,2
21,4
11,9
5
Lotang Salo




6
Tassiwalie

51,0
39,4
9,5
7
Wiring Tasi

66,6
14,2
19,0
8
Ujung Lero 

45.2
38,1
16,6
9
Ujung Labuang




10
Polewali




Sumber : Puskesmas Suppa, 2009

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat persentase hasil uji penggunaan garam berIodium untuk Desa Lero hanya 45,24% yang cukup, 38,10% yang kurang atau tidak layak konsumsi dan 16,67% yang tidak mengandung Iodium sama sekali. Penggunaan garam di tingkat rumah tangga yang rendah mengindikasikan besaran masalah GAKI akan lebih tinggi di daerah tersebut. Selain itu berdasarkan survey awal yang dilakukan Mei 2009 yang lalu ditemukan 5 kasus kejadian GAKI dalam hal ini pembesaran kelenjar gondok berdasarkan pengukuran gondok tampak (Laporan KKN-PPM STIKES Baramuli, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti ingin mendapatkan gambaran konsumsi makanan sumber iodium dan zat goitrogen di Daerah Pesisir Desa Lero.
B.   Rumusan Masalah
Banyak faktor penyebab terjadinya GAKI pada penduduk yang tinggal didaerah Pesisir antara lain karena asupan unsur Iodium kurang dari makanan atau disebabkan banyak mengkonsumsi makanan sumber zat goitrogen, penggunaan bumbu dapur yang dapat mengikat Iodium dan cara pengolahan makanan yang tidak benar sehingga yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.    Bagaimanakah gambaran kebiasaan mengkonsumsi makanan sumber Iodium dengan kejadian GAKI pada keluarga yang tinggal di daerah pantai di Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang ?
2.    Bagaimanakah gambaran kebiasaan mengkonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung zat goitrogen dengan kejadian GAKI pada keluarga yang tinggal di daerah pantai di Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang ?
3.    Bagaimanakah gambaran penggunaan bumbu dapur  yang dapat mengikat unsur Iodium dengan kejadian GAKI pada makanan pada keluarga di daerah pantai Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang ?   
4.    Bagaimanakah gambaran cara pengolahan makanan dengan kejadian GAKI pada keluarga di daerah yang pantai Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang ?

C.   Tujuan Penelitian

1.       Tujuan Umum :
Untuk memperoleh gambaran konsumsi makanan sumber Iodium, bahan makanan zat goitrogen, penggunaan bumbu dapur dan cara pengolahan makanan pada keluarga didaerah pantai Desa Lero di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.
2.       Tujuan Khusus :
a.    Untuk mengetahui frekuensi konsumsi makanan sumber Iodium dengan kejadian GAKI di daerah pantai Desa Lero di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.
b.    Untuk mengetahui frekuensi konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung zat goitrogen dengan kejadian GAKI pada keluarga di daerah pantai Desa Lero di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.
c.    Untuk mengetahui frekuensi penggunaan bumbu dapur  yang dapat mengikat unsur Iodium dengan kejadian GAKI pada keluarga di daerah pantai Desa Lero di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.
d.    Untuk mengetahui cara pengolahan makanan dengan kejadian GAKI pada keluarga di daerah pantai Desa Lero di kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.

D.   Keaslian Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tentang GAKI dalam hal ini konsumsi zat Iodium dan zat goitrogen yang pertama kali dilakukan di Kabupaten Pinrang khususnya di daerah pantai Kecamatan Suppa Desa Lero. Dalam berbagai literatur dapat ditemukan penelitian sejenis, namun penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Desain dan analisis penelitian ini diharapkan dapat menyajikan informasi yang lebih memadai dan berbeda dari penelitian sejenis.

E.   Manfaat Penelitian

1.    Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan perspektif tentang GAKI, konsumsi makanan sumber Iodium dan zar goitrigoenik di daerah pesisir.
2.    Manfaat Praktis
Diharapkan menjadi salah satu alternatif kepustakaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya
3.    Manfaat Institusi
Merupakan sumber informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang untuk merumuskan kebijakan khusus tentang strategi dalam menanggapi kejadian GAKI yang ada di wilayah kerjanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar